MAKALAH ONTOLOGI
FILSAFAT ILMU
Disusun Oleh :
Sofyan
Rakhman
FAKULTAS ADDIN JURUSAN TAFSIR HADITS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGER SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN
PELAJARAN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling
kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis
dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada
masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan
kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu.
Pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas, meliputi segala yang ada dan
yang mungkin ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya bukan
kenyataan sementara atau berubah-ubah.
Secara ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa
adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.
Ontologi juga merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang
menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (Being),
baik berupa wujud fisik (al-Thobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah).
Sedangkan Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala
sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti hubungan
akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan dan lainnya.
Dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, seperti
Monoisme, dualisme, pluralisme, nikhilisme, dan agnotisime.
b.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dan bidang kajian
Ontologi?
2.
Apa saja macam-macam Aliran-aliran
Ontologi?
3.
Apa yang menjadi Aspek dan manfaat
Ontologi?
c.
Tujuan
1.
Menjelaskan pengertian dan bidang
kajian Ontologi
2.
Menjelaskan Aliran-aliran Ontologi
3.
Menerangkan Aspek dan Manfaat
Ontologi Ilmu
BAB II
ONTOLOGI /
METAFISIKA UMUM
1.
Pengertian Ontologi
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat tentu juga akan mengalami dinamika
dan perkembangan sesuai dengan dinamika dan perkembangan ilmu-ilmu yang lain,
yang biasanya mengalami percabangan. Filsafat sebagi suatu disiplin ilmu telah
melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga cabang kajian itu ialah teori hakikat
(ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori nilai (aksiologi). [Cecep
Sumarna, 2006:47]
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa”
yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan
ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu On=being,
dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory of Being Qua Being
(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). [Amsal Bakhtiar, 2007:132]
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi membahas apa
yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan
lain suatu pengkajian mengenai yang “ada”. [Jujun S. Suriasumantri, 1985:5]
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
-
Menurut bahasa,
ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi
adalah ilmu tentang hakikat yang ada.
-
Menurut istilah,
ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan Kenyataan
yg asas, baik yang berbentuk jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.
2.
Bidang Kajian Ontologi
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M
yang menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya, Christian Wolff (1679 – 1754 M) membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum
dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi
kosmologi, psikologi dan teologi.[Amsal Bahtiar,
2004:135]. Objek kajian ontologi adalah hakikat seluruh kenyataan. Yang nantinya, objek ini melahirkan pandangan-pandangan (point
of view) / aliran-aliran pemikiran dalam kajian ontologi antara lain: Monoisme,
Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan Agnotisisme.
3.
Aliran-aliran Ontologi
A. Monoisme
Paham ini
menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja,
tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun rohani. Paham ini
kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1). Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu
adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak
Filsafat yaitu Thales (624-546 SM).
Dia berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan.
Aliran ini sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa
/ruh tidak berdiri sendiri. Anaximander (585-525
SM). Dia berpendapat bahwa unsur
asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala
kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teori
Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut
unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang
terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom. Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan
atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-atom
inilah yang merupkan asal kejadian alam.[ Jujun S. Suriasumantri, 1996:64]
2). Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa.[Amsal
Bakhtiar, 2007:138] Aliran ini menganggap
bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran
ini, sejatinya sesuatu justru
terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran
ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu
menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang
pada kebenaran sejati.[Cecep Sumarna, 2006:48]
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM)
dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya
yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi
hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.[ Harun Nasution,
1982:53] juga Aristoteles,George Barkeley, Immanuel Kant, Fichte, Hegel dan
Schelling.
B. Dualisme
Aliran ini
berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua
macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri,
sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam
ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak
filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran
(rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours
de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641).
Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito
Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes,
ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz
(1646-1716 M).[Amsal Bakhtiar, 2007:142]
C. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap
macam bentuk merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa
kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani
Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada
itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah
William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof
Amerika. Dalam bukunya The Meaning of
Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang
berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang
mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya dapat dikoreksi/diubah oleh
pengalaman berikutnya.
D. Nihilisme
Nihilisme
berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin
tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias
(483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu: Pertama,
tidak ada sesuatupun yang eksis, Kedua,
bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita
ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev
(1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), dengan pendapatnya
bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Ia dilahirkan di
Rocken di Prusia dari keluarga pendeta.
E. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan
manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata
Agnoticisme berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown.
A artinya not, Gno artinya know. Timbulnya
aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini seperti Filsafat Eksistensinya Soren
Kierkegaar (1813-1855 M), yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat
Eksistensialisme yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup
sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama
sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda
dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa
satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat
memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M),
yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia
bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi,
agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia
mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.[Amsal Bakhtiar, 2007:148]
4.
ASPEK ONTOLOGI
Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang
ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan
keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia
dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya
diuraikan/ditelaah secara :
a.
Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b.
Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain
secara teratur dalam suatu keseluruhan
c.
Koheren; Unsur-unsurnya harus
bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d.
Rasional; Harus berdasar pada kaidah
berfikir yang benar (logis)
e.
Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya
dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara
keseluruhan (holistik)
f.
Radikal; Diuraikan sampai akar
persoalannya, atau esensinya
g.
Universal; Muatan kebenarannya sampai
tingkat umum yang berlaku di mana saja.
Contoh aspek ontologi pada ilmu matematika
Aspek
ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a.
Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah
(bukan fiktif)
b.
Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu
telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan
antara satu sama lain
c.
Koheren; konsep, perumusan, definisi dan
teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak bertentangan
d.
Rasional; ilmu matematika sesuai dengan
kaidah berpikir yang benar dan logis
e.
Komprehensif; objek dalam matematika dapat
dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f. Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana
saja. [Ani, 2011]
5.
MANFAAT MEMPELAJARI
ONTOLOGI
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat
ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
- Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
- Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
Bisa mengeksplorasi
secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu
sains hingga etika.[ Farina Anis,
2007]
BAB 3
PENUTUP
a.
KESIMPULAN
Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan
bahwa ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan
yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi membicarakan
tentang hakikat tentang segala sesuatu. Hakikat disini berarti kenyataan yang
sebenarnya (bukan kenyataan yang fatamorgana).
Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok
pemikiran, yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme.
Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu
hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani
(spirit, ruh). Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri
dari dua hakikat (hakikat materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat
jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal
merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui validitas
alternatif yang positif. Dan agnostisisme adalah paham yang mengingkari
terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat benda.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa ontologi meliputi
hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang
tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang “ada”
itu. Adapun monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme dengan
berbagai nuansanya, merupakan paham ontologi yang pada akhirnya menentukan
pendapat dan kenyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang “ada”
itu. ( what’s being )
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu.
Jakarta
Nasution, Harun, Filsafat Agama.
Jakarta
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu
dari Hakikat Menuju Nilai.
Suriasumantri , Jujun S. Pengantar
Ilmu dalam Perspektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar