Jumat, 25 Mei 2012

Just the Way I am


jika pemunafik cinta berdalih,
bukankah ia mengetahui kebenaran akan ucapannya, meskipun akhirnya ia harus berbohong untuk itu?

saat ia rela berkorban disebut sebagai "pengingkar janji",
apakah ia "sengaja" melupakan setiap kecil janji-janji yang dijanjikannya itu?

saat satu kepercayaan terikat diatas pundak rapuhnya, 
kemudian ia berkhianat,
apakah ia bermaksud tuk mengkhianati kepercayaan itu?
ataukah ia "terpaksa" mengambil jalan yang menyakitkan (untuknya dan kekasih yang sangat dicintanya) demi kebahagiaan kekasihnya (ia menderita melihat airmata di pipi kekasihnya yang terus mengalir karena sikapnya yang selalu salah dimata pujaannya, dan ia tak tau harus berbuat apa)

katakanlah, apa yang harus aku lakukan demi senyuman manis itu?
dengan apa kamu bisa mengerti betapa aku mencintaimu jika raut kebenciaan terpatri di benakmu karena kebodohan sikapku?

kebenaran seperti apa yang harus kubenarkan?
kebenaran atas nama tuhan, aku atau egomu?

benar, bukan berarti sebenar-benarnya benar,
dan salah, ngga selalu bermasalah,

hanya tatapan kebijakan yang sanggup melihat cinta yang suci,
dan hanya cinta suci yang dapat memahami arti sebuah kebijakan,

Just the way you are.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar